Carini adalah
salah satu anak
tertua dari empat
bersaudara (Sunaryo, Supendi,
dan Komar), hasil
pernikahan dari Sutawijaya dan
Sani. Sani, berasal dari daerah Kalisapu, Kanoman, Cirebon; dan ayahnya,
Sutawijaya berasal dari
daerah Pamayahan, Kabupaten
Indramayu. Sutawijaya adalah
seorang wayang kulit
dan ibunya Sani
adalah seorang dalang
topeng. Sutawijaya masih mempunyai pertalian saudara dengan Rasinah,
seorang dalang topeng terkenal
dari daerah Pekandangan
Indramayu. Sutawijaya juga
masih punya pertalian
saudara dengan dalang-dalang
wayang terkenal seperti
Rusdi dan Tomo, dari daerah Celeng, Indramayu. Topeng Cirebon yang
berada di Cipunagara pada mulanya berasal dari dua daerah pusat persebaran
topeng, yaitu Cirebon dan Indramayu. Menurut penuturan Carini (Menor),
sekitar tahun 30-an
Aki Resa diminta
menarikan tarian topeng
oleh Ama Patih dan Juragan Demang di Cimerta. Ia diberi imbalan rumah
tempat tinggal di daerah Pagaden Subang. Pada
waktu itu, Pangga
(salah seorang anak
Resa), yang juga
dalang topeng, ikut
pula. Sebagai pimpinan
rombongan topeng, pangga
sering dipanggil untuk
menarikan tarian topeng
oleh juragan Demang
dengan mendapat imbalan
rumah dan tanah
di daerah Sindang
Kasih. Kemudian mereka
menetap didaerah tersebut. Pangga mewariskan
seni topeng kepada
keturunannya: Winda, Talim,
Aminah, Sutawijaya, dan
Rudiah. Sekitar tahun
40-an, Pangga dan
keluarga pindah ke Desa Jati
karena jembatan Cigadung yang dekat dengan rumahnya akan 12
dihancurkan
oleh Belanda. Rumah dan tanah di Babakan Bandung, desa Jati, yang kini
ditempati, pada awalnya adalah pemberian Lebe Pahing-Desa Jati. Carini lahir
tahun 1955 dan
sekolah hanya sampai
kelas 4 SD.
Ketidaktamatan sekolahnya bukan
karena tidak pandai.
Carini memang sering
tidak masuk sekolah,
penyebabnya tak lain
adalah karena terlalu
sering manggung. Kalau
tidak menari, Carini
menjadi pesinden dalam
pertunjukan wayang kulit atau
wayang golek. Carini pertama kali
belajar menari topeng
kepada ibu Dari Bogis-Indramayu saat masih berumur sekitar 10
tahun dengan bayaran setengah kuintal padi. Carini belajar menari topeng
bersama-sama dengan Arni, putrinya ibu Dari. Tarian yang pertama kali
dipelajari adalah topeng Pamindo. Setelah tarian tersebut dikuasai, kemudian
diajak bebarang (ngamen)
oleh ibunya, keliling
daerah Subang seperti
ke daerah Sirep-Tanjung
Siang, jalan Cagak,
bahkan sampai ke
daerah Bandung (Cidamar)
Cimindi. Bebarang dilakukan
sekitar tahun 1962.
Selanjutnya, Carini mulai mendapat panggung saat masih berumur belasan
tahun. Carini manggung di
daerah Kihiang, Citra,
Tumaritis, Sakurip, Cipicung,
dan sebagainya. Menor, termasuk
seniman serba bisa.
Selain menjadi dalang
topeng, juga bisa
menjadi pesinden wayang
kulit dan juga
wayang golek. Pernah
juga belajar berbagai
tarian Keurseus saat dibawa
Aminah ke daerah
Tanjung Priok Jakarta.
Aminah saat itu
bersuamikan seorang polisi
yang diasramanya ada
kegiatan tari-menari. Karena
itulah Menorpun bisa menari Keurseus, seperti tari Lenyepan, dan tari Gawil. Ia
juga belajar Pencak Silat kepada Eyang Kuwu Cibogo.
Filosofi Gerakan Tari Topeng Menor Dalam pementasan
tari Topeng Cipunagara terdapat empat
jenis tarian yang
masih dapat dipentaskan,
diantaranya Pamindo, Rumyang,
Tumenggung, dan Klana .
0 Komentar